Pengertian Financial Numbers Game
Financial Numbers Game jika diterjemahkan secara bebas ke Bahasa Indonesia, berarti Permainan Angka-Angka Keuangan. Kata-kata ini pertama kali muncul pada waktu ketua Securities Exchange Commissions (SEC), Arthur Levitt, pada saat memberikan ceramah di New York University Center untuk law and business pada tanggal 28 september 1999.
Permainan angka-angka laporan keuangan atau Financial Numbers Game, menurut Charles W. Mulfrod & Eugene E. Comiskey dalam bukunya The Financial Numbers Game: Detecting Creative Accounting Practices (2002: 16), penggunaan praktik-praktik akuntansi kreatif (creative accounting practices) agar dapat mengubah pandangan pembaca laporan keuangan atas kinerja bisnis perusahaan.
Untuk menyembunyikan laba yang turun, beberapa manajer memainkan fleksibilitas yang ditemui di dalam prinsip-prinsip akuntansi guna mengubah laporan keuangan mereka. Sementara itu, yang lain melangkah lebih jauh dengan melakukan fraud (penipuan, kecurangan, atau penggelapan) dalam pelaporan keuangannya.
Dengan kata lain, Financial Numbers Game atau permainan angka-angka keuangan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan perusahaan sesuai dengan yang diinginkan oleh manajemen perusahaan.
Istilah - Istilah untuk Financial Numbers Game
Banyak istilah dan bentuk yang dipakai dalam jenis permainan ini, tergantung pada “keahlian” manajemen perusahaan, yaitu:
1. Aggressive Accounting
Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings), terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
2. Earnings Management
Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target yang sudah ditentukan sebelumnya oleh, misalnya, manajemen, untuk suatu proyeksi yang sudah dibuat oleh analis, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan smoother, more sustainable earnings stream.
Teknik yang paling sering digunakan dalam penerapan earnings management adalah memanfaatkan fleksibilitas yang ada pada GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Beberapa teknik earnings management:
Menunda pendapatan (earnings)
Menunda pendapatan (earnings)
Dapat dilakukan dengan cara memainkan besaran tingkat kolektibilitas piutang melalui pencadangan piutang tak tertagih, masa manfaat aktiva tetap, dan nilai residu harta. Contoh lainnya adalah purchased in-process research & development (R&D). Ini terjadi dalam sebuah penggabungan perusahaan-perusahaan teknologi. Sesuai dengan namanya, R&D tersebut belum selesai, sehingga jika memiliki masa manfaat ekonomis di masa mendatang, R&D tersebut bisa dikapitalisasi. Dalam hal ini biaya riset dan pengembangan tersebut diperbesar dan pembebanannya dilakukan melalui amortisasi. Hal ini menyebabkan pendapatan (earnings) perusahaan dapat dikelola dengan baik.
Mengubah metode atau estimasi akuntansi
Mengubah metode atau estimasi akuntansi
Banyak perusahaan sering mengganti estimasi akuntansinya yang berhubungan dengan piutang tak tertagih, retur atau dana pensiun, umur ekonomis aktiva dan lain lain. Contohnya, di tahun 1998 DELTA AIRLINES menambah umur ekonomis untuk beberapa armada pesawatnya, dari 20 tahun menjadi 25 tahun, sehingga mengurangi beban penyusutan dan meningkatkan laba sebelum pajak sebesar USD 92 juta. Meskipun perubahan ini merupakan suatu bagian yang rutin dari penyesuaian estimasi akuntansi untuk menampilkan informasi terkini yang tersedia, hal ini dapat digunakan untuk mengatur jumlah laba yang dilaporkan. Karena dampak dari perubahan ini diungkap secara menyeluruh dalam laporan keuangan maka setiap motivasi manajemen laba dapat dengan mudah dideteksi oleh para pemakai laporan keuangan.
Adapula, perubahan dalam metode atau estimasi dengan pengungkapan minimal atau tanpa pengungkapan sama sekali. Sebagai contoh, kasus XEROX: skenario perubahan tingkat bunga yang digunakan untuk mencatat penjualan sewa guna usaha tanpa memberikan menggambarkan perubahan ini dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Seseorang mungkin dapat berdebat mengenai betapa lebih sesuainya tingkat bunga yang baru itu, tetapi yang pasti adalah kelalaian untuk mengungkapkan dampak dari perubahan ini dapat menyesatkan para pemakai laporan keuangan. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan melakukan evaluasi atas laba yang dilaporkan oleh Xerox dengan menggunakan asumsi yang tidak benar, yakni bahwa hasil operasi perusahaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan benar-benar berasal dari metode dan estimasi akuntansi yang sama dan yang konsisten dengan tahun sebelumnya, sehingga dianggap dibandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, hal ini merupakan suatu tipu muslihat dalam akuntansi.
3. Income Smoothing
Suatu bentuk earnings management yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang menurun.
General Electric (GE) adalah salah satu perusahaan yang terbukti berhasil melakukan praktik meratakan atau memuluskan laba. Pada kenyataannya, kemampuan GE untuk melaporkan kenaikan laba secara terus-menerus adalah hal yang sangat melegenda. Pada akhir tahun 2001, General Electric melaporkan pertumbuhan laba selama 105 triwulan berturut-turut. Struktur usaha GE pada dasarnya memang cocok untuk manajemen laba karena luasnya unit operasi perusahaan (jasa keuangan, produsen alat berat, peralatan rumah tangga dan lain-lain). Satu kerugian yang dilaporkan oleh satu unit usaha sering kali dapat ditutup dengan laba yang dilaporkan oleh unit usaha yang lain. Dengan melakukan pengakuan laba atau rugi secara berhati-hati dan tepat waktu, GE dapat menghindari pelaporan laba yang terlalu naik atau terlalu turun dari waktu. Misalnya saja, dalam keterangan persnya ditriwulan ke IV tahun 2001, GE melaporkan bahwa anak perusahaan GE Capital services berhasil memperoleh laba setelah pajak sebesar USD642 juta dari restrukturisasi atas investasinya di Global Satellite Partneship. Dan dalam triwulan yang sama, GE Capital services melaporkan rugi setelah pajak sebesar USD656 juta berkaitan dengan keluarnya GE Capital Services dari lini produk asuransi dan keuangan yang tidak menguntungkan. Waktu terjadinya salah satu kejadian ini dapat saja ditunda sehingga terjadi di triwulan pertama tahun 2002, tapi dengan memastiksan bahwa pengakuan atas kedua kejadian tersebut diakui dalam triwulan yang sama, General Electric mampu menunjukkan suatu angka laba yang mulus. Pada tahun 1994, suatu artikel dalam the wall street journal menuduh General Electric meratakan labanya. Segera setelah dimuatnya artikel tersebut, salah seorang eksekutif keuangan GE berbicara dihadapan para profesor, yang salah satunya berani bertanya mengenai praktik meratakan laba yang dilakukan oleh GE. Pejabat eksekutif keuangan itu diam, tersenyum, kemudian menjawab, “ Ya, penentuan waktu pengakuan beberapa keuntungan dan kerugian kami seringkali hanyalah suatu kebetulan saja”. Tentu saja dengan jawaban itu, implikasi yang timbul adalah bahwa GE berusaha sedapat mungkin sesuai dengan aturan-aturan akuntansi yang berlaku, meratakan laba yang dilaporkan.
4. Fraudulent Financial Reporting
Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan melalui pendekatan administratif, perdata, atau kriminal.
Fraudulent financial reporting adalah perilaku yang disengaja atau ceroboh, baik dengan tindakan atau penghapusan,yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial reporting yang terjadi disuatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independen.
Arens (2005 : 310) dalam bukunya yang berjudul “Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach” edisi ke-10 pada bab 11 tentang fraud auditing, antara lain menyebutkan: “Fraudulent financial reporting is an intentional misstatement or omission of amounts or disclosure with the intent to deceive users. Most cases of fraudulent financial reporting involve the intentional misstatement of amounts not disclosures. For example, worldcom is reported to have capitalized as fixed asset, billions dollars that should have been expensed. Omission of amounts are less common, but a company can overstate income by omittingaccount payable and other liabilities. Although less frequent, several notable cases of fraudulent financial reporting involved adequate disclosure. For example, a central issue in the enron case was whether the company had adequately disclosed obligations to affiliates known as specialm purpose entities.”
Praktek fraudulent financial reporting umumnya meliputi tiga hal sebagai berikut:
1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas LK yang disajikan.
2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan.
3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi,
penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).
1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas LK yang disajikan.
2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan.
3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi,
penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen dengan auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya kolusi tersbut, maka perlu dilakukan rotasi auditor independen dalam melakukan audit suatu perusahaan.
Sebagai contoh: penggambaran singkat dari beberapa entitas dengan tujuan khusus (Special purpose entities-SPE) ENRON adalah jelas bahwa beberapa (walaupun tidak semua) dari SPE ini didirikan dengan tujuan untuk menyembunyikan informasi dari para pemakai laporan keuangan. Dengan melakukan hal itu, ENRON telah melakukan penyimpangan atas semangat standar akuntansi. Dalam beberapa kasus, Enron juga melakukan penyimpangan atas standar dengan menggunakan akuntansi SPE ketika hal ini tidak diperbolehkan oleh GAAP. Contoh lain, terungkap di tahun 2002 bahwa WORLDCOM telah melakukan kapitalisasi ( yakni, mengakui sebagai aktiva ), USD 3,8 milyar pengeluaran atas beban akses telepon yang seharusnya dilaporkan sebagai beban operasional.
5. Creative Accounting Practices
Bervariasinya prinsip akuntansi, dalam rangka penerapan prinsip akuntansi yang agresif, dalam rangka earnings management, income smoothing, dan pelaporan keuangan yang benar-benar menyimpang (outright fraudulent financial reporting).
Tujuan Financial Numbers Game
Permainan angka-angka keuangan mempunyai banyak nama, namun tujuan akhirnya adalah satu, yaitu menciptakan kinerja usaha yang mengagumkan, manajemen yang melakukan permainan angka-angka keuangan bertujuan memperoleh keuntungan nyata. Kinerja dan keuntungan yang ingin diperoleh yaitu berupa imbalan yang diharapkan seperti:
1. Share-price effects
Kenaikan harga saham agar lebih tinggi untuk mengurangi volatilitas harga saham, meningkatkan nilai perusahaan, menurunkan biaya ekuitas, meningkatkan nilai opsi saham.
Borrowing cost effects
Borrowing cost effects
Kenaikan pada peringkat utang dan pengurangan biaya bunga pinjaman, atau pengunduran jatuh tempo utang dan pengurangan pembatasan dari pihak pemberi utang.
Bonus plan effects
Bonus plan effects
Bonus yang dihitung berdasarkan laba tercapai.
Salah satu contoh yang paling terkenal, dari suatu bentuk permainan angka untuk mencapai target internal adalah kasus MINISCRIBE ditahun 1989. Untuk mencapai target laba yang nyaris tidak mungkin dicapai yang telah ditetapkan oleh CEO yang terlalu bersemangat dan menuntut, para pegawai di MINISCRIBE, sebuah perusahaan penjual disk drive, dilaporkan mengirimkan kotak kemasan disk drive berisi batu bata guna memenuhi target penjualan pada akhir triwulan.
Penelitian akademis juga membenarkan bahwa perhitungan bonus internal berdasarkan laba turut mendorong munculnya manajemen laba. Misalnya saja, penelitian telah menunjukkan bahwa manajer yang menjadi subyek rencana bonus atas dasar laba biasanya lebih cenderung untuk menaikkan laba apabila mereka sudah berada dalam posisi mendekati batasan bonus, dan mereka cenderung untuk menurunkan laba apabila ada kecenderungan bahwa laba yang akan dilaporkan berada di atas bonus maksimal.
Political cost effects
Political cost effects
Menciptakan biaya politis yang rendah, termasuk menghindari peraturan yang berlaku atau dari pengenaan pajak yang tinggi.
Kategori Praktik-Praktik Akuntansi Kreatif
Kategori Praktik-Praktik Akuntansi Kreatif
Charles W. Mulford & Eugene E. Comiskey (2002: 8) membagi praktik-praktik akuntansi kreatif (Creative Accounting Practices) menjadi lima kategori, yaitu:
Recognizing Premature or Fictitious Revenue
Recognizing Premature or Fictitious Revenue
Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif itu berbeda jika ditinjau dari sudut aggressive accounting. Untuk premature revenue, pengakuannya sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk fictitious revenue, penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan yang terjadi.
Bentuk dari premature revenue bisa berupa pengakuan penjualan dilakukan pada saat barang sudah dipesan, tapi belum dikirim (goods ordered, but not shipped) atau barang sudah dikirim, tapi belum dipesan (goods shipped, but not ordered). Sementara itu, contoh penjualan fiktif adalah backdated invoice, tanggal pengiriman yang diubah, atau sengaja salah mencatat penjualan.
Cara mendeteksi penjualan prematur atau fiktif:
1. Pahami kebijakan pengakuan pendapatan, termasuk perubahannya.
2. Cermati piutang usaha.
3. Cermati akun-akun yang “mungkin” digunakan untuk meng-offset penjualan prematur atau fiktif.
4. Review transaksi hubungan istimewa.
5. Perhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sesuai laporan.
1. Pahami kebijakan pengakuan pendapatan, termasuk perubahannya.
2. Cermati piutang usaha.
3. Cermati akun-akun yang “mungkin” digunakan untuk meng-offset penjualan prematur atau fiktif.
4. Review transaksi hubungan istimewa.
5. Perhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sesuai laporan.
Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies
Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif, perusahaan melaporkan beban atau rugi tahun berjalan sebagai aset. Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan laba naik. Selanjutnya, “aset” atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.
Contohnya, di tahun 1996 America Online (AOL) mengkapitalisasi biaya akuisisi pelanggan dan dibebankan pada saat diperoleh pendapatan keanggotaan baru. Dengan demikian laba yang dilaporkan jauh lebih tinggi. SEC tidak menyetujui perlakuan akuntansi AOL, seharusnya biaya tersebut dibebankan sebagai biaya pemasaran pada saat terjadi, kecuali ada bukti historis yang dapat memberikan estimasi yang andal pendapatan di masa mendatang dapat diperoleh dari pertambahan biaya pemasaran tersebut. Akibatnya, yang tadinya AOL melaporkan laba sebesar $62.3 juta di tahun 1996 malah merugi sebesar $385 juta.
Cara mendeteksi kebijakan aggressive capitalization dan extended amortization:
1. Pahami kebijakan kapitalisasi aset dan apakah aset yang dikapitalisasi tersebut melebihi nilai pasar.
2. Proporsikan total biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan tentukan apakah proporsi tsb wajar.
3. Cermati biaya bunga yang dikapitalisasi sehubungan dengan proyek konstruksi yang sudah berakhir.
4. Cermati alasan yang mendasari pencatatan normal operating expense ke dalam aset.
1. Pahami kebijakan kapitalisasi aset dan apakah aset yang dikapitalisasi tersebut melebihi nilai pasar.
2. Proporsikan total biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan tentukan apakah proporsi tsb wajar.
3. Cermati biaya bunga yang dikapitalisasi sehubungan dengan proyek konstruksi yang sudah berakhir.
4. Cermati alasan yang mendasari pencatatan normal operating expense ke dalam aset.
3. Misreported Assets & Liailibities
Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau kewajiban undervalued dengan tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan posisi keuangan lebih kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo laba akan dan nilai ekuitas akan naik.
Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi (yang diklasifikasikan dalam trading, held to maturity, atau available for sale). Akun kewajiban yang dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense, payable, utang usaha, utang pajak, dan contingent liability.
Cara mendeteksi misreported asset & liability:
1 Tandingkan prosentase perubahan AR dengan perubahan penghasilan untuk 4-6 triwulan terakhir.
2. Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih cukup untuk menutup risiko tidak tertagih.
3. Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan persediaan fiktif.
4. Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi sebelumnya.
5. Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to maturity.
6. Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable.
7. Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir.
8. Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban pajak yang dicatat di laba rugi.
9. Cermati kewajiban kontinjensi yang tidak dicatat di neraca.
1 Tandingkan prosentase perubahan AR dengan perubahan penghasilan untuk 4-6 triwulan terakhir.
2. Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih cukup untuk menutup risiko tidak tertagih.
3. Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan persediaan fiktif.
4. Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi sebelumnya.
5. Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to maturity.
6. Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable.
7. Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir.
8. Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban pajak yang dicatat di laba rugi.
9. Cermati kewajiban kontinjensi yang tidak dicatat di neraca.
Getting Creative with the Income Statement
Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada cara mempercepat atau memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal ini laba diatur untuk beberapa periode pelaporan. Selain itu, penyajian laporan yang bisa berbentuk single step maupun multiple step memungkinkan perusahaan memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan catatan laporan keuangan. Misalnya, unsur pendapatan usaha dilaporkan sebagai pendapatan di luar usaha atau sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok penjualan direklasifikasikan ke dalam kelompok akun beban operasi atau sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu saja akan mempengaruhi angka sub total laba kotor atau laba operasi yang nota bene sering dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan.
Contoh lainnya yang termasuk dalam kreativitas akuntansi di laporan laba rugi terjadi dalam: Kelompok akun other expense/income yang seringkali di-netting. Perusahaan hanya melaporkan total other expense/income tanpa merinci detil dari kelompok akun tersebut. Penggunaan terminologi di dalam laporan laba rugi, seperti istilah restrukturisasi yang “ternyata” biaya restrukturisasinya mencakup penghapusan persediaan, pembayaran pesangon dan biaya Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK), penghapusan aktiva, biaya relokasi, dan biaya penurunan nilai aktiva. Penentuan tingkat materialitas suatu transaksi. Dengan konsep materialitas ini, perusahaan dapat mengelompokkan transaksi yang sebetulnya material menjadi tidak material.
Problems with Cash-flow Reporting
Seperti diuraikan sebelumnya para investor tertarik dengan perusahaan yang punya earning power yang bagus dan sustainable. Dengan demikian, future cash flow-nya menjadi baik pula. Bagi para kreditur, dengan cash flow yang baik, utang piutang menjadi lancar.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi merupakan manifestasi operating income yang ada di laporan laba rugi. Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sustainable cash flow.
Di dalam pelaporan arus kas menurut GAAP, arus kas terbagi menjadi arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan (financing) dan aktivitas investasi. Bentuk penyajian laporan arus kas sendiri terdiri dari indirect method dan direct method. Dalam indirect method, arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari laba bersih yang disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas di laporan laba rugi. Sementara itu, dalam direct method arus kas dari aktivitas operasi ditampilkan berdasarkan transaksi-transaksi kas di laba rugi.
Di dalam praktiknya, arus kas dari aktivitas operasi hanya diketahui oleh segelentir pengguna laporan keuangan, tapi tidak diketahui oleh para investor maupun kreditur. Kedua stakeholder tersebut lebih fokus pada kinerja keuangan. Akibatnya, mereka cenderung menganggap bahwa laporan arus kasnya sudah benar. Pada kenyataannya, laporan arus kas, khususnya arus kas operasi, tidak terlepas juga dari creative accounting. Berikut ini adalah contohnya:
1. Arus kas operasi memasukan unsur pembayaran PPh, baik PPh Badan maupun PPh final.
2. Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam aktivitas operasi,
padahal di dalam laba rugi discontinued operation tersebut dikeluarkan dari laba operasi.
3. Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas investasi,
padahal jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.
1. Arus kas operasi memasukan unsur pembayaran PPh, baik PPh Badan maupun PPh final.
2. Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam aktivitas operasi,
padahal di dalam laba rugi discontinued operation tersebut dikeluarkan dari laba operasi.
3. Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas investasi,
padahal jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.
Untuk mendeteksi adanya creative accounting, laporan arus kas (setelah dikeluarkan unsur non recurring cash flow seperti discontinued operation) bisa menjadi alat yang efektif. Misalnya, transaksi fiktif seperti premature revenue atau fictitious revenue tidak akan pernah muncul di laporan arus kas karena tidak melibatkan unsur kas; dan aggressive accounting dapat meningkatkan laba perusahaan, tapi arus kas dari aktivitas operasi tetap tidak berubah.
Bagaimana Financial Numbers Game Dimainkan?
Prinsip Akuntansi yang Bervariasi - Fleksibilitas Pelaporan Keuangan
Salah satu cara bahwa permainan angka keuangan dimainkan adalah melalui seleksi perusahaan dari kebijakan akuntansi yang digunakannya dalam penyusunan laporan keuangan atau dengan cara di mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan. Perusahaan yang terlibat hanya menggunakan fleksibilitas yang tersedia dalam prinsip-prinsip akuntansi.
Perusahaan dapat memilih dan menerapkan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) secara fleksibel. Sebagai akibatnya, perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sama dimungkinkan menyajikan laporannya berbeda. Fleksibilitas inilah yang dimanfaatkan manajemen untuk melakukan financial numbers game.
Beberapa contoh metode akuntansi terkait dengan penerapan yang fleksibel di antaranya adalah:
a. Penentuan Biaya Persediaan
Di dalam penilaian persediaan dikenal metode FIFO (first in first out), LIFO (last in last out), dan Average. Berdasarkan suatu penelitian di AS yang dilakukan oleh AICPA pada tahun 2000, disebutkan bahwa perusahaan bervariasi dalam menggunakan ketiga metode tersebut. Namun demikian, FIFO lebih populer dibanding kedua metode lainnya.
Keuntungan LIFO adalah menghemat pajak dan pengukuran pendapatan yang lebih baik. Akan tetapi, kerugiannya adalah menurunkan pendapatan, saldo inventori yang tidak realistis di neraca, dan laba yang tak dapat diantisipasi karena pencatatan kuantitas persediaan.
b. Pengakuan Pendapatan
Di dalam GAAP, khususnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 23 tentang pendapatan, disebutkan bahwa pendapatan dapat timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi seperti penjualan barang, penjualan jasa; dan penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. Ketiga transaksi dan peristiwa tersebut memunculkan adanya metode pengakuan pendapatan yang berbeda. Misalnya, pendapatan yang berasal penjualan barang secara tunai atau pun cicilan dan penjualan jasa yang didasarkan dari tingkat penyelesaian.
c. Metode Penyusutan dan Amortisasi
Terdapat banyak metode penyusutan dan amortisasi antara lain straight line method, sum-of-the-year-digit method, declining balance method, double declining balance method, dan lain-lain.
d. Metode Penyisihan
Misalnya, metode penyisihan piutang tak tertagih memungkinkan perusahaan melakukan penyisihan berdasarkan prosentase tertentu atau berdasarkan umur piutang. Prosentase tersebut bisa berbeda-beda untuk setiap perusahaan tergantung dari jenis industri dan transaksi akuntansinya.
Mengapa Ada Fleksibilitas?
Penentuan biaya persediaan, pengakuan pendapatan, metode penyusutan/ amortisasi, dan metode penyisihan yang berbeda sebagaimana dijelaskan di atas memberikan peluang bagi perusahaan untuk fleksibel di dalam menerapkan GAAP. Pertanyaannya adalah mengapa standar-standar tersebut begitu fleksibel, apakah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memperbolehkan fleksibilitas tersebut terjadi, atau regulator seharusnya perlu menetapkan standar yang sama di dalam pelaporan keuangan?
Kenyataannya, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas tidak begitu sederhana. Untuk alasan yang valid, fleksibilitas dalam pelaporan keuangan ada. Ini akan dan harus tetap ada sepanjang situasi dan kondisi di seluruh perusahaan dan industri bervariasi. Transaksi-transaksi keuangan dan kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama sehingga bisa digunakan GAAP yang identik, bahkan untuk perusahaan sejenis sekalipun.
Adanya fleksibilitas dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, bagaimanapun, tidak harus menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan. Daripada menggunakan fleksibilitas itu untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan, perusahaan harus mempergunakannya untuk memberikan presentasi yang wajar kinerja dan posisi keuangan mereka. Namun, dalam sebagian besar laporan keuangan, hal ini tidak terjadi.
Lima Jenis Sulap Akuntansi Paling Populer Dari Levitt
Pada tanggal 28 September 1998, Ketua SEC, Arthur Levitt memberikan ceramah di New York University Center for Law and Business. Judul ceramahnya adalah “Permainan Angka (The Number of Game)”. Arthur Levitt memilih kesempatan itu untuk mengumumkan keprihatinan SEC atas meningkatnya praktik manajemen laba. Komentar Levitt di forum ini benar-benar terus terang dan mengena, sehingga dilaporkan bahwa, “ pertama, orang-orang meletakkan garpu mereka,...kemudian mereka mengambil catatan mereka. ”Levitt menggambarkan lima teknik “sulap akuntansi “ yang mengikhtisarkan penyalahgunaan yang paling berani atas fleksibilitas yang terkandung dalam akuntansi akrual, yaitu:
Big Bath Charges
Konsep yang melatar belakangi suatu big bath charges adalah jika perusahaan berharap untuk memiliki rangkaian kesuksesan dalam perolehan laba dimasa yang akan datang, maka akan lebih baik untuk mengakui semua piutang yang tak tertagih pada suatu tahun, tanpa membebani periode-periode di masa yang akan datang dengan kerugian yang terus-menerus. Satu cara untuk melakukan big bath charges adalah dengan melakukan restrukturisasi biaya. Sebagai bagian dari restrukturisasi biaya, aktiva dihapuskan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kewajiban restrukturisasi jangka panjang diakui segera.
b. Akuntansi Akuisisi Yang Kreatif
Tugas penting akuntansi setelah akuisisi terhadap perusahaan yang lain adalah mengalokasikan harga penjualan total ke tiap-tiap aktiva perusahaan yang diakuisisi. Biaya yang dialokasikan ke “pembelian riset dan pengembangan dalam proses (purchased in-process R&D )” akan dibebankan langsung pada periode itu, sesuai dengan perlakuan yang diharuskan oleh GAAP AS atas semua riset dan pengembangan. Hasil akhir bersihnya akan serupa dengan pelaksanaan restrukturisasi “big bath charges”, yakni sejumlah besar biaya riset dan pengembangan dicatat pada saat tahun akuisisi, dan beban-beban yang dialokasikan ke periode-periode sesudahnya akan semakin kecil dibandingkan dengan yang seharusnya apabila harga beli dialokasikan sebagai aktiva yang disusutkan.
c. Cookie Jar Reserves
Nasihat untuk berjaga-jaga untuk masa sulit sudah tidak asing lagi. Banyak perusahaan menggunakan nasihat ini dengan tujuan untuk mendapatkan laba. Contohnya, perusahaan Microsoft yang akan dibahas lebih mendalam di Bab 3.1.
d. Materialitas
Pada masa dimana perkiraan analis semakin jernih, kegagalan dalam memenuhi harapan besar atas pencapaian laba walaupun hanya sebesar 1 penny per lembar saham, akan menyebabkan suatu perusahaan kehilangan miliaran dolar dalam nilai pasarnya.
e. Pengakuan Pendapatan
Sebagai contoh: Microstrategy, sebuah perusahaan software. Pada saat kinerja operasi perusahaan tidak berhasil mencapai harapan para analis pada triwulan ketiga 1999, perusahaan mengakui USD17,5 juta sebagai pendapatan dari perjanjian lisensi multi tahun sebesar USD27,5 juta yang ditandatangani di akhir triwulan itu. Jika perusahaan pada kenyataannya belum benar-benar menyediakan jasa apa pun yang dijanjikan dalam waktu dekat yang telah berlalu sejak kontrak ditandatangani, akan lebih sesuai bila tidak melaporkan pendapatan tersebut sama sekali. Akan tetapi, dengan melakukan hal ini, berarti Microstrategy harus melaporkan rugi di triwulan tersebut yang disebabkan penurunan pendapatan sebesar 20% dari yang dilaporkan di triwulan sebelumnya.
(by Maksi Trisakti 2011)
(by Maksi Trisakti 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar